Friday, January 10, 2014

Makalah Filsafat - Pemikiran Filsafat Al-Kindi

Makalah Filsafat Al-Kindi


AL-KINDI

A.      Riwayat Hidup
Al-Kindi lahir pada tahun 809 M / 185 H, Nama sebenarnya adalah Abu Yusuf Ya`qub ibn Ishaq ibn Shabbah ibn Imran ibn Isma`il ibn Muhammad ibn al-Asy’ath ibn Qais al-Kindi. Ia adalah keturunan suku Kindah, Arab selatan yang merupakan salah satu suku Arab besar pra-Islam. Ayahnya Ishak Al-Shabbah adalah seorang gubernur Kuffah di masa Khalifah Al-Mahdi (775-785 M) dan Khalifah Ar-Rasyid (786-809 M). Ia lahir ditengah keluarga yang kaya akan informasi kebudayaan dan berderajat tinggi serta terhormat di mata masyarakat. Al-Kindi hidup selama masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, yaitu al-Amin (809-813M), al-Ma’mun (813-833M), al-Mu’tasim (833-842M), al-Watiq (842-847M), dan al-Mutawakil (847-841M).
B.       Pemikiran Filsafat Al-Kindi
1)      Talfiq
Al-Kindi berusaha memadukan (talfiq) antara agama dan filsafat. Menurut Al-Kindi, filsafat adalah pengetahuan yang benar. Al-Quran yang membawa argumen-argumen yang lebih menyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat. Karena itu, mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang, bahkan teologi merupakan bagian dari filsafat, sedangkan umat Islam diwajibkan mempelajari teologi. Al-Kindi menjelaskan dalam karyanya Kammiyah Kutub Aristoteles, sebagai berikut:
a)         Filsafat termasuk humaniora (pengetahuan yang mencakub filsafat, kajian, moral, seni, sejarah dan bahasa) yang dicapai filsuf dengan berfikir, belajar, sedangkan agama adalah ilmu keTuhanan yang menempati tempat tertinggi karena diperoleh tanpa melalui proses belajar dan diterima secara langsung oleh para Rasul dalam bentuk wahyu.
b)        Jawaban filsafat menunjukkan ketidakpastian (semu) dan memerlukan berfikir atau perenungan. Sedangkan agama lewat dalil-dalilnya yang dibawa al-Quran memberi jawaban secara pasti dan menyakinkan secara pasti dan menyakinkan dengan mutlak.
c)         Filsafat menggunakan metode logika, sedangkan agama mendekatinya dengan keimanan.
2)      Metafisika
Bagi Al-Kindi, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mulia. Filsafatnya tentang keesaan Tuhan selain didasarkan pada wahyu juga pada usul filosofis. Dalam pandangan filsafat Al-Kindi, Tuhan tidak merupakan genus atau species. Tuhan adalah Pencipta. Tuhan adalah yang Benar Pertama (al-Haqq al-Awwal) dan Yang Benar Tunggal. Al-Kindi juga menolak pendapat yang menganggap sifat-sifat Tuhan itu berdiri sendiri. Tuhan haruslah merupakan keesaan mutlak. Bukan keesaan metaforis (perbandingan suatu benda dengan benda lain yang punya sifat sama) yang hanya berlaku pada obyek-obyek yang dapat ditangkap indera.
Adapun mengenai ketuhanan, bagi Al-Kindi, Tuhan adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului wujud lain. Tuhan adalah Maha Esa yang tidak dapat dibagi-bagi dan tidak ada zat lain yang menyamai-Nya dalam segala aspek. Sebagai pencipta dunia, sifat Tuhan yang utama adalah Esa). Jika pencipta dunia lebih dari satu, maka masing-masing sekutunya akan membagi satu karekteristik yang umum dengan yang lain, dan diantara mereka harus dibedakan beberapa sifat, akibatnya pencipta ini haruslah merupakan gabungan. Mengenai kekuasaan Tuhan dan kebijaksanaan-Nya apabila direnungkan, kita akan merasa kagum karena begitu rasional dan harmonis dalam penataan alam semesta.
3)      Jiwa
Adapun tentang jiwa, menurut Al-Kindi tidak tersusun, mempunyai arti penting, sempurna, dan mulia. Substansi roh berasal dari substansi Tuhan. Hubungan dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu jiwa bersifa spiritual,Ilahiah, terpisah dan berbeda dari tubuh.
Jiwa atau roh adalah salah satu pembahasan Al-Kindi. Ia juga merupakan filosof Muslim pertama yang membahas hakikat roh secara terperinci.Al-Kindi membagi roh atau jiwa ke dalam tiga daya, yakni daya nafsu, daya pemarah, dan daya berpikir. Menurutnya, daya yang paling penting adalah daya berpikir, karena bisa mengangkat eksistensi manusia ke derajat yang lebih tinggi.
Al-Kindi juga membagi akal mejadi tiga, yakni akal yang bersifat potensial, akal yang telah keluar dari sifat potensial menjadi aktual, dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.Akal yang bersifat potensial, papar Al-Kindi, tak bisa mempunyai sifat aktual, jika tak ada kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Oleh karena itu, menurut Al-Kindi, masih ada satu macam akal lagi, yakni akal yang selamanya dalam aktualitas.
Akal yang bersifat potensial tidak dapat keluar menjadi actual jika tidak ada kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Akal yang selamanya dalam aktualisasi inilah yang menggerakkan potensial menjadi actual.

4)      Moral
Menurut Al-Kindi, filsafat harus memperdalam pengetahuan manusia tentang diri dan bahwa seorang filsuf wajib menempuh hidup susila. Hikmah sejati membawa pengetahuan serta pelaksanaan keutamaan. Kebijaksanaan tidak dicari untuk diri sendiri (Aristoteles), melainkan untuk hidup bahagia.
Dalam kesesakan jiwa, filsafat menghiburnya dan mengarahkannya untuk melatih kekangan, keberanian dan hikmah dalam keseimbangan sebagai keutamaan pribadi. Dan keadilan untuk meningkatkan tata Negara yang sejahtera.
C.       Karyanya
Sebagai seorang filsuf yang sangat produktif, berdasarkan informasi yang diperoleh dari Tony Aboud, selama hidupnya al-Kindi kira-kira telah merampungkan sekitar 200 hingga 270 buku dan artikel dalam berbagai bidang ilmu. Dalam bidang filsafat diantaranya adalah:
  1. Kitab al-Kindi ila al-Mu’tashim Billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama);
  2. Kitab al-Falsafah al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyah wa al-Muqtashah wa ma Fawqa al-Thabi’iyyah (tentang filsafat yang diperkenalkan dan masalah-masalah logika dan muskil serta metafisika);
  3. Kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah illa bi ‘Ilmi al-Riyadliyyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matematika);
  4. Kitab fi Qashd Aristhathalis fi al-Maqulat (tentang maksud Aristoteles dalam kategori-kategorinya);
  5. Kitab fi Ma’iyyah al-‘Ilm wa Aqsamihi (tentang ilmu pengetahuan dan klasifikasinya);
  6. Risalah fi Hudud al-Asyya’ wa Rusumiha (tentang definisi benda-benda dan uraiannya);
  7. Risalah fi Annahu Jawahir la Ajsam (tentang substansi-substansi tanpa badan);
  8. Kitab fi Ibarah al-Jawami’ al-Fikriyah (tentang ungkapan-ungkapan mengenai ide-ide komprehensif);
  9. Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al_ruhaniyah ( sebuah tulisan filosofis tentang rahasia spiritual);
  10. Risalah fi al-Ibanah ‘an al-‘Illat al-Fa’ilat al-Qaribah li al-Kawn wa al-Fasad (tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif terhadap alam kerusakan).

Sumber:
http://semilicity.wordpress.com/2009/04/24/al-kindi-dan-pemikiran-filsafatnya/
http://irfanabdurahman.blogspot.com/2010/06/pemikiran-filsafat-al-kindi.html