Friday, January 10, 2014

Makalah Filsafat Umum - Pemikiran THALES, ANAXIMANDER dan ANAXIMENES


THALES, ANAXIMANDER dan ANAXIMENES


1.     THALES
1.1.      Biografi Thales
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletos yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Situasi Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.[1]
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak 747 SM.[2]
Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama denganAnaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.[3]
1.2.      Pemikiran Thales
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.
Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.
Di dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan apa yang disebut teorema Thales, kendati belum tentu seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya. Teorema Thales berisi sebagai berikut:
 
Jika AC adalah sebuah diameter, maka sudut Badalah selalu sudut siku-siku

a.         Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh diameternya.
b.         Sudut bagian dasar dari sebuah segitiga samakaki adalah sama besar.
c.         Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua sudut yang saling berlawanan akan sama.
d.        Sudut yang terdapat di dalam setengah lingkaran adalah sudut siku-siku.
e.         Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang bersinggungan dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.
Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah memberikan nasihat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM. Thales menyarankan orang-orang Ionia untuk membentuk pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos yang memiliki posisi sentral di seluruh Ionia. Di dalam sistem tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti distrik dari keseluruhan sistem pemerintahan Ionia. Dengan demikian, Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan tersentralisasi.[4]
1.3.      Sumbangsih
Dari riwayat yang sangat singkat ini kami dapat kita ketahui sumbangsih Thales yang menyatakan bahwa bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya, segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa, di dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan apa yang disebut teorema Thales, kendati belum tentu seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya. Teorema Thales.

2.      Anaximander
2.1.      Biografi Anaximander
Anaximander adalah murid Thales yang setia. Ia hidup sekitar 610-546 SM. Ia lima belas tahun lebih muda dari Thales, tetapi meninggal dua tahun lebih dahulu. Sebagai seorang filosof ia lebih besar daripada gurunya. Ia juga ahli astronomi dan ahli ilmu bumi. Ia konon adalah orang pertama yang membuat peta bumi.[5]
Selain itu, Anaximandros telah menemukan, atau mengadaptasi, suatu jam matahari sederhana yang dinamakan gnomon (tongkat penunjuk yang dipasang di tanah datar untuk menghitung waktu), kelak teknik ini menjadi dasar terciptanya piringan matahari (sundial) guna menentukan waktu. Ditambah lagi, ia mampu memprediksi kapan terjadi gempa bumi. Kemudian ia juga menyelidiki fenomena-fenomena alam seperti gerhana, petir, dan juga mengenai asal mula kehidupan, termasuk asal-mula manusia.[6]
2.2.      Pemikiran Anaximander
Anaximander menyatakan bahwa dunia ini hanyalah salah satu dari banyak sekali dunia yang muncul dan sirna di dalam sesuatu yang disebutnya sebagai yang tak terhingga. Pemikiran ini sebenarnya merupakan kritik pada pandangan gurunya (Thales) mengenai air sebagai prinsip dasar (arche) segala sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya. Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron.
To apeiron berasal dari bahasa yunani: a (tidak) dan eras (batas). Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.[7]
Menurut beliau semua ciptaan itu terbatas. Disamping itu pikiran logisnya mengatakan bahwa sesuatu yang muncul sebelum dan sesudah benda-benda tersebut pastilah “tak terbatas”. Dan jelas sekali zat itu bukanlah sesuatu itu yang biasa seperti air. (dan barangkali karena tidak menemukan yang “tak terbatas” itulah kemudian muncul konsep “Tuhan” sekarang ini).
Anaximander juga berbicara tentang terjadinya makhluk hidup di bumi, menurut pendapatnya bahwa pada awalnya bumi diliputi air semata-mata. Karena itu, makhluk hidup pertama yang ada di bumi adalah hewan yang hidup dalam air, misalnya makhluk seperti ikan. Karena panas yang ada di sekitar bumi, ada laut yang mengering dan menjadi daratan.[8]
Di ditulah, mulai ada makhluk-makhluk lain yang naik ke daratan dan mulai berkembang di darat. Ia berargumentasi bahwa tidak mungkin manusia yang menjadi makhluk pertama yang hidup di darat sebab bayi manusia memerlukan asuhan orang lain pada fase awal kehidupannya. Karena itu, pastilah makhluk pertama yang naik ke darat adalah sejenis ikan yang beradaptasi di daratan dan kemudian menjadi manusia.[9]
2.3.      Sumbangsih
Dari riwayat yang sangat singkat ini sulit menentukan sumbangsih Anaximander, namun kiprahnya adalah merintis studi tentang bola dan membuat globe yang tentunya masih sangat sederhana layak dianggap peran penting Anaximander.

3.      Anaximenes
3.1.      Biografi Anaximenes
Tentang riwayat hidupnya, tidak banyak yang diketahui. Anaximenes mulai terkenal sekitar tahun 545 SM, sedangkan tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 528/526 SM. Ia diketahui lebih muda dari Anaximandros. Ia menulis satu buku, dan dari buku tersebut hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.[10]
3.2.      Pemikiran Anaximenes
Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran Anximender), udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu. Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk lain. Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip "pemadatan dan pengenceran" (condensation and rarefaction). Bila udara bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah, dan kemudian batu. Sebaliknya, bila udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api. Proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap.[11]
Dia berkata bahwa pembentukan alam semesta adalah dari proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk air, tanah, batu, dan sebagainya. Bumi, menurut Anaximenes, berbentuk datar, luas, dan tipis, hampir seperti sebuah meja. Bumi dikatakan melayang di udara sebagaimana daun melayang di udara. Benda-benda langit seperti bulan, bintang, dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi. Benda-benda langit tersebut merupakan api yang berada di langit, yang muncul karena pernapasan basah dari bumi. Bintang-bintang tidak memproduksi panas karena jaraknya yang jauh dari bumi. Ketika bintang, bulan, dan matahari tidak terlihat pada waktu malam, itu disebabkan mereka tersembunyi di belakang bagian-bagian tinggi dari bumi ketika mereka mengitari bumi. Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara.[12]
Jiwa manusia dipandang sebagai kumpulan udara saja. Buktinya, manusia perlu bernafas untuk mempertahankan hidupnya. Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan menjaga segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan yang seharusnya. Karena itu, untuk menjaga kelangsungan jiwa dan tubuh. Di sini, Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dengan jagat raya berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udara. Tema tubuh sebagai mikrokosmos (jagat raya kecil) yang mencerminkan jagat raya sebagai makrokosmos adalah tema yang akan sering dibicarakan di dalam Filsafat Yunani. Akan tetapi, Anaximenes belum menggunakan istilah-istilah tersebut di dalam pemikiran filsafatnya.[13]
3.3.      Sumbangsih
Dari periwayatan tersebut, dapat kita pahami menurut Anaximenes bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini tercipta dari udara. Udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu.


[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Thales Diakses 28 Maret 2011 Pukul: 11.15
[3] Ibid.
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Thales. Diakses 28 Maret 2011 Pukul: 11.15
[5]http://erliyan.wordpress.com/2011/02/03/anaximandros/yang-tak-terbatas%/. Diakses 28 Maret 2011, 11.15 WIB
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Anaximandros/. Diakses 28 Maret 2011, 11.15 WIB
[7] http://thebiografis.wordpress.com/2010/08/02/anaximandros-610-%E2%80%93-547/ Diakses 28 Maret 2011, 11.15 WIB
[8] Ibid.
[9] http://erliyan.wordpress.com/2011/02/03/anaximandros/yang-tak-terbatas%/. Diakses 28 Maret 2011, 11.15 WIB
[10] http://id.wikipedia.org/wiki/Anaximenes. Diakses 28 Maret 2011, 11.15 WIB
[11] http://id.wikipedia.org/wiki/Anaximenes. Diakses 28 Maret 2011, 11.15 WIB
[12] http://thebiografis.wordpress.com/2010/08/02/anaximenes-545-sm/ Diakses 28 Maret 2011, 11.15 WIB